Fashion

Dengan Kekuatan Bahasa

 

Entah apa penyebabnya. Apakah kurang membaca, apakah kebiasaan, apakah memang hobi, atau sekadar suka. Saat ini banyak sekali individu yang menggunakan Bahasa sesuka hati. Tanpa pikir panjang, langsung ucap. Tentu hal ini berakibat buruk. Bahasa adalah suatu elemen penting dalam masyarakat yang katanya sudah beradab saat ini. Banyak dampak dari berbahasa. Misalnya, dengan berbahasa Anda bisa mendapatkan makanan yang Anda mau di restoran, dengan berbahasa Anda bisa mendapatkan sepatu diskon di suatu mall, dan dengan berbahasa juga Anda bisa mendapatkan tamparan perih dari seorang gadis yang terluka hatinya.

Menurut Syamsuddin (1986:2), Bahasa memiliki dua pengertian:
Pertama, Bahasa ialah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran serta perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi serta dipengaruhi.
Kedua, Bahasa ialah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik ataupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga serta bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusaiaan. Dari pernyataan tersebut, tentu dapat kita pahami kekuatan dari Bahasa. Bahasa dapat mempengaruhi orang, dari yang tidak mau melakukan sesuatu menjadi mau untuk melakukan sesuatu.

Bayangkan, jika kekuatan sehebat itu anda gunakan dengan sembarangan bahkan sembrono. Dampak buruk pasti terjadi. Jika anda sedang bicara dengan seorang muda yang mempunyai segudang mimpi, kemudian dengan darah mudanya dia sesumbar mengumbar mimpi, ide dan harapannya yang ingin melakukan A, B, dan C. Lalu dengan bahasa, berbekal keyakinan bahwa anda telah hidup lebih lama, maka andalah yang lebih tahu tantang kejamnya dunia dan betapa beratnya kenyataan yang sebenarnya. Anda menekan seorang muda dengan sangat kuat melalui kata-kata yang menurut Anda biasa saja. Padahal itu punya arti yang besar baginya.

Mungkin Anda merasa hanya menyampaikan nasihat agar anak muda tersebut bisa lebih realistis. “Aduh, ide segudang kalau tidak terealisasi sama saja dengan bohong. Dusta saja itu!”. Bagi seorang muda ini adalah tamparan yang cukup kejam. Mungkin seketika itu juga ide-ide cemerlang yang bisa jadi bakal kemudahan dimasa depan malah menjadi hancur luluh lantak. Bagaimana bisa dia menguatkan tumpuan kakinya sedang pijakannya saja telah direnggut?
Berangkat dari pernyataan Syamsuddin mengenai bahasa yang kedua, yakni, bahasa adalah tanda dari kepribadian yang baik maupun buruk. Berarti merugilah Anda jika Anda adalah seorang pengguna bahasa yang buruk. Mematahkan semangat orang lain, mencemooh, dan mengucilkan orang lain. Sebab, pendengar atau khalayak akan tahu seberapa jauh kualitas diri Anda sesungguhnya.
Kemudian, melalui bahasa budi kemanusiaan Anda dapat dinilai pula. Berarti hanya dengan berbahasa saja Anda sudah mampu menunjukkan siapa jati diri Anda kepada khalayak.

Linguistik berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari (Tarigan, 2013:3). Menjadi menarik ketika pernyataan di atas menyampaikan bahwa, berbicara adalah keterampilan berbahasa berkembang pada kehidupan anak yang berarti masa kanak-kanak. Berarti akan buruk sekali jika seorang dewasa masih saja berbahasa dengan tidak baik. Dengan pengertian ini, sebaiknya setiap kita sudah harus mawas diri. Mengekang lidah kita dengan sedemikian rupa agar berbahasa dengan baik.
Tidak memahami atau bahkan tidak mau memahami (acuh) adalah kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan berbahasa dengan buruk terjadi. Pahami terlebih dahulu tentang kondisi disekitar Anda, kondisi lawan bicara Anda, barulah Anda berbahasa. Gunakan bahasa yang santun yang jelas menunjukkan jati diri bangsa ini. Gunakan bahasa yang merangkul, ramah, dapat mempengaruhi individu ke arah yang positif tentu itu jauh lebih bermakna untuk Anda dan orang di sekitar Anda.

Setelah mengetahui kekuatan bahasa yang sangat besar ini, akan sangat bijak jika kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Sesungguhnya seorang bijak ialah yang tahu satu kebaikan dan melakukannya, kemudian menularkannya kepada orang dilingkungannya.


Ditulis oleh:

Yuliana Friskida, S.Pd